5 Tradisi yg ada di Indonesia
Tradisi ini berada di daerah Banyuwangi khususnya Desa Alasmalang dan Aliyan. Ritual ini diperkirakan sudah ada sejak abad ke-18, dan biasanya diselenggarakan pada tanggal 1-10 bulan syura. Tujuannya untuk meminta hujan turun ditengah musim kemarau.
Upacara ini diadakan pada hari minggu. Sesuai namanya, ritual ini biasanya mendandani orang menjadi seekor kebo. Mayoritas yang ikut serta pasti laki-laki, tapi bukan berarti wanita hanya duduk diam, biasanya para wanita memiliki tugas untuk mempersiapkan makanan dan sesajennya berupa tumpeng, peras, air kendi, kinang, ingkung ayam, aneka jenang, bungkil, cangkul, pisang, beras, pitung tawar, kepala, dan bibit tanaman padi. Hal ini dipercaya untuk menyelamatkan beberapa ruas jalan di dusun krajan.
Diiringi musik tradisional kebo-keboan itu mulai membajak sawah berlaga seperti kerbau asli, dan bisa saja menyeruduk para penonton, tidak jarang kebo-keboan ini kesurupan dan menjadi liar.
Tradisi ini dibawa secara turun temurun yang dilakukan di Tana Toraja. Tradisi ini diadakan hanya untuk menghormati para leluhur saja, kerbau yang diadu pun tidak sembarangan, masyarakat tersebut membeli kerbau albino untuk bertempur. Cukup mahal lho untuk kerbau jenis ini.
Uniknya, sebelum bertempur biasanya kerbau-kerbau ini akan diberi arak oleh tim pengusung gong. Aturan mainannya, kerbau yang lari meninggalkan lapangan atau yang sering jatuh akan dianggap kalah. Setelah itu, memasuki prosesi pemotongan kepala kerbau yang hanya mengayunkan satu tebasan saja.
Pasola artinya lembing kayu yang digunakan untuk melempar, “pa” dari pasola adalah kalimat imbuhan. Pasola berarti melemparkan lembing kayu sambil memacu seekor kuda. Tradisi ini dilakukan oleh masyarakat Sumba, NTT. biasanya diadakan sekali setiap tahun tepatnya di bulan Februari.
Pasola seperti sebuah permainan perang-perangan, silsilahnya sebagai wujud kesedihan seseorang yang telah kehilangan istrinya.
Prosesi upacara diawali dengan adat nyale, berupa syukuran dengan datangnya musim panen dan kedatangan banyak cacing dipinggir pantai. Cacingnya pun dijadikan sebuah pertanda, bila cacing itu gemuk warna-warni maka akan mendapat kebaikan, dan sebaliknya maka akan dapat malapetaka. Dengan datangnya cacing-cacing tersebut, proses pasola akan dimulai. Beberapa orang bak ksatria akan turut berpartisipasi memeriahkan tradisi ini bersama kuda-kudanya, tombak yang digunakan berbentuk tumpul, walau begitu tidak jarang upacara ini memakan korban jiwa, namun dipercayai darah korban berkhasiat menyuburkan tanah.
Dugderan adalah tradisi budaya khas Semarang yang telah diadakan sejak tahun 1881, dimana dugderan adalah salah satu cara mencurahkan rasa rindu mereka pada bulan Ramadhan atau bulan seribu berkah. Biasanya tradisi ini diselenggarakan 1-2 minggu sebelum bulan Ramadhan. Tradisi ini biasanya diawali dengan adanya pasar rakyat. Maka akan dilanjut dengan acara dugderan yang diawali oleh acara karnaval yang terdiri dari pasukan Merah-Putih, barisan para pelajar, barisan putri bunga, aneka mobil khias, pasukan berkuda, kerta kencana, Drump Band, khas Semarang.
Budaya unik yang satu ini diselenggarakan oleh masyarakat Minangkabau, Sumatera Barat. Bertujuan untuk memperingati Asyura, gugurnya Imam Husain seorang cucu dari Nabi Muhammad SAW. Biasa kita kenang di tanggal 10 Muharram pada kalender tahunan. Kata Tabuik diambil dari bahasa Arab dengan kata “tabut” artinya peti kayu. Berdasarkan legenda, terjadi kemunculan mahkluk berwujud kuda seperti vegasus namun kepalanya berbentuk kepala manusia.
Festival ini dianggap membawa berkah, dibuatnya tabuik raksasa dimana bagian-bagian dari patung tersebut memiliki arti. Bagian bawah tabuik dianggap perwujudan urak, burak dan peti melambangkan burak yang menjemput jenazah Hussein bin Ali, hingga tabuhan gendang pun disimbolikan untuk mengenang peristiwa yang menyebabkan Hussein bin Ali tewas.
RS
RS
Komentar
Posting Komentar